Ketua ASITA (Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies)
H. Asnawi Bahar, S.E., M.Si ini dikenal ceplas-ceplos, tegas dan to the
point. Pengusaha yang lahir di Tanjung Balai, Asahan, Sumatera Utara, 3
April 1961 ini kaya pengalaman dan sudah lama malang melintang di
bisnis pariwisata. Dia sangat impresif mendengar statemen Presiden Joko
Widodo di Kompas 100 CEO Forum di JCC Senayan, Jakarta, 24 November 2016
itu.
Presiden dengan tegas menyebut budget promosi pariwisata bakal
dinaikkan 4-5 kali lipat! “Ini pertanda akan bangkitnya pariwisata
Indonesia. Ini patut disyukuri dan harus dijaga oleh semua elemen
Pentahelix, ABCGM –Academician, Business, Community, Government,
Media--. Saya salut dengan komitmen Presiden Jokowi dan Pak Menpar Arief
Yahya. Kalau pemimpin negara seperti ini, saya yakin Pariwisata
Indonesia akan maju bersama masyarakatnya,” ujar Asnawi.
Menurut Asnawi, jika anggaran itu benar-benar ditambah, maka ini
menjadi tanggung jawab Kemenpar untuk mengembangkan Pariwisata dari
segala lini.
”Kita harus pecahkan bersama kendala yang ada, dan yang menghambat pariwisata. Inbound di negara kita dengan anggaran yang lebih nanti harus semakin berkembang, semakin luas, dan tepat sasaran promosinya,” kata pria berkacamata itu.
”Kita harus pecahkan bersama kendala yang ada, dan yang menghambat pariwisata. Inbound di negara kita dengan anggaran yang lebih nanti harus semakin berkembang, semakin luas, dan tepat sasaran promosinya,” kata pria berkacamata itu.
Target pasarnya, Asnawi meminta Kemenpar bersinergi dengan lembaga
yang dia pimpin untuk menambah market share. ”Kita harus semakin luas,
namun tetap dengan pola dan skema yang rapi dan terarah. Indonesia ini
dikenal luas dan hebat. Kita juga harus memberikan kesempatan lebih
kepada daerah yang berpotensi untuk ikut andil di beberapa pameran B to B
maupun B to C. Yang penting, tetap terkontrol dengan baik,” katanya.
Asnawi berpendapat, yang harus dikedepankan Kemenpar salah satunya
adalah terus menggenjot pertemuan B to B di semua lini. Pola promosi
Wonderful Indonesia itu harus semakin meningkat.
Selain itu, Travel Mart selevel ITB Belin, WTM London, CITM Tiongkok, ATM Dubai, dimana bertemunya perusahaan tour and travel, seller dan buyer.
”Terus terang, saat ini belum berimbang, antara outbond dan inbound. Orang Indonesia yang ke luar negeri masih 30 juta, yang masuk baru di atas 10 juta. Tugas kita memperbanyak inbound. Kita tidak bisa melarang orang pergi ke luar negeri, yang bisa dilakukan adalah memperbanyak atraksi di dalam negeri,” ujar Asnawi.
”Terus terang, saat ini belum berimbang, antara outbond dan inbound. Orang Indonesia yang ke luar negeri masih 30 juta, yang masuk baru di atas 10 juta. Tugas kita memperbanyak inbound. Kita tidak bisa melarang orang pergi ke luar negeri, yang bisa dilakukan adalah memperbanyak atraksi di dalam negeri,” ujar Asnawi.
Salah satu mimpinya adalah, menjadi tuan rumah travel mart di tanah
air. Malaysia punya MATTA Fair, yang kemudian dikembangkan ke
negara-negara bagian, dalam satu tahun bisa lebih dari 7 seri.
Singapore, Thailand, Filipina, Jepang, Korea, Hongkong, China, India,
Australia, Dubai, semua punya. “Kita harus punya ke depannya,” katanya.
Menurut Asnawi, pariwisata kita hidup karena domestic market yang
semakin kuat. Daya beli masyarakat Indonesia semakin kuat. Di era global
saat ini, dia tidak ingin Indonesia hanya dijadikan target market bagi
negara-negara lain, termasuk ASEAN yang semakin agresif.
“MEA – Masyarakat Ekonomi Asean juga sudah mulai, jika internal tidak
disiapkan dengan matang, boleh jadi, kita hanya menjadi pasar saja.
Maka dari itu, dengan anggaran yang lebih tahun depan, maka kita akan
menjadi bangsa yang hebat untuk urusan Pariwisata,” katanya.
Asnawi percaya dengan proses yang sedang dijalankan Menpar Arief
Yahya, termasuk pengembangan destinasi dan industri pariwisata yang
semakin gencar dan cepat. Promosi ke manca negara dengan berbagai
saluran komunikasi juga besar-besaran untuk menancapkan brand Wonderful
Indonesia, bahwa semua target pasti akan tercapai.
“Saya lihat, progress pembangunan untuk memperkuat sector pariwisata
ini sudah mulai kuat, ini ketika di bawah Pak Jokowi dan Pak Arief
Yahya. Respons pasar juga sangat positif. Apalagi kalau alokasi dana
akan ditambah. Di depan, ada banyak tantangan yang sudah harus cepat
ditangani dengan baik dan saya yakin ini akan berakhir fantastis,”
katanya.
Asnawi menambahkan, pengembangan destinasi ini tidak seperti lari
sprint 100 meter. Pekerjaan pariwisata itu tidak ada yang bersifat
jangka pendek. Semuanya, medium dan panjang. ”Karena investasi yang
ditanam saat ini, baru akan running 2-3 tahun, lalu mulai kelihatan
respons publiknya setelah 5 tahun, jadi terima kasih kepada Pak Jokowi
dan Pak Menpar sudah memulainya,” katanya lagi.
Untuk urusan inbound Asnawi juga memohon dukungan CEO-CEO di daerah
dalam hal ini kepala daerah di destinasi Pariwisata. Karena tanpa
dukungan kepala daerah, maka Pariwisata di daerah bakal melempem.
”Karena dengan Pariwisata masyarakat akan mendapatkan benefit lebih
sustain, berkelanjutan, dan jangka panjangnya. Hanya pariwisata yang
memiliki nilai keberlangsungan yang lebih panjang,” kata dia.
http://lifestyle.liputan6.com/read/2662884/ketua-asita-asnawi-bahar-saya-percaya-pariwisata-makin-maju
Tidak ada komentar:
Posting Komentar